Banyak orang Indonesia yang ingin kerja ke Jepang mengira semua pekerja asing pasti kerja di pabrik atau perawatan lansia. Padahal, sektor pertanian juga menyerap banyak tenaga kerja, terutama lewat program magang dan kerja keterampilan. Nah, kalau kamu penasaran seperti apa gaji pertanian di Jepang, artikel ini bisa jadi gambaran realistis buat kamu.
Gaji Pekerja Tetap di Pertanian
Pekerja tetap biasanya memiliki kontrak jangka panjang dan jam kerja yang stabil. Mereka juga lebih berpeluang mendapatkan tunjangan tambahan dari pemilik lahan atau perusahaan pertanian. Status ini cocok buat kamu yang ingin tinggal lebih lama dan membangun pengalaman kerja yang kuat di Jepang.
Buat kamu yang bekerja penuh waktu sebagai pekerja tetap di sektor pertanian Jepang, penghasilan tahunan berkisar antara ¥2.500.000 sampai ¥4.000.000. Kalau dirupiahkan, itu sekitar Rp170 juta sampai Rp276 juta per tahun, atau setara Rp14 juta sampai Rp23 juta per bulan. Besarannya tergantung lokasi kerja dan pengalaman kamu. Di daerah dengan biaya hidup rendah, gaji ini cukup untuk hidup nyaman dan bahkan menabung.
Pekerja Paruh Waktu dan Musiman
Pekerjaan ini banyak dicari saat musim panen atau saat petani kekurangan tenaga. Cocok untuk kamu yang ingin kerja dalam jangka pendek atau sebagai batu loncatan. Beberapa pekerja paruh waktu bahkan berpindah-pindah lokasi kerja antar prefektur sesuai kebutuhan musim.
Kalau kamu termasuk pekerja musiman atau paruh waktu, gaji kamu dihitung per jam. Rata-rata upahnya antara ¥900 sampai ¥1.500 per jam, atau sekitar Rp60.000 hingga Rp102.000. Jenis kerja ini biasanya tersedia saat musim panen atau saat petani butuh tambahan tenaga. Jam kerja lebih fleksibel dan kamu bisa istirahat lebih banyak di luar musim panen.
Gaji Pekerja Asing dari Program Magang
Program TITP biasanya berlangsung antara 1 sampai 3 tahun. Di masa ini, kamu nggak hanya bekerja tapi juga belajar sistem pertanian Jepang dari dasar. Selain itu, program ini bisa membuka peluang buat kamu naik status ke visa kerja keterampilan jika performamu bagus.
Buat peserta program pelatihan teknis atau Technical Intern Training Program (TITP), gaji berkisar antara ¥930 sampai ¥1.100 per jam. Itu sekitar Rp63.000 sampai Rp75.000 per jam. Memang sedikit di bawah pekerja lokal, tapi masih sesuai standar minimum dan cukup layak jika ditambah tunjangan.
Kisaran Gaji Bulanan di Pertanian
Jumlah ini bisa berubah tergantung jumlah hari kerja efektif dalam sebulan. Selain itu, ada juga faktor potongan pajak dan asuransi yang perlu kamu perhitungkan. Meski begitu, dengan pengelolaan keuangan yang baik, nominal ini masih tergolong cukup untuk hidup di daerah rural Jepang.
Kalau dijumlahkan dari jam kerja standar, gaji bulanan di sektor pertanian biasanya berada di kisaran ¥150.000 sampai ¥200.000 per bulan. Kalau dikonversi ke rupiah, sekitar Rp15 juta sampai Rp20 juta per bulan. Ini angka umum untuk pekerja biasa, dan bisa meningkat jika ada lembur, tunjangan, atau bonus.
Faktor yang Menentukan Gaji
Setiap prefektur di Jepang menetapkan upah minimumnya masing-masing, dan ini sangat memengaruhi pendapatan bulananmu. Kalau kamu punya skill tambahan, seperti kemampuan mengoperasikan alat berat atau mengelola irigasi otomatis, peluang naik gaji bisa lebih besar. Selain itu, kerja di tempat yang kekurangan tenaga juga kadang menawarkan insentif khusus.
Gaji pertanian di Jepang sangat dipengaruhi oleh lokasi kerja. Kalau kamu kerja di Tokyo, upah minimum per jam bisa mencapai ¥1.113 (sekitar Rp76.000). Tapi kalau kamu ditempatkan di daerah seperti Yamaguchi atau Kagoshima, upah minimum hanya sekitar ¥893 hingga ¥930 per jam (sekitar Rp61.000–Rp64.000).
Selain itu, jenis pekerjaan juga menentukan. Kalau kamu bekerja di posisi teknis seperti manajer pertanian atau ahli pertanian organik, gaji bisa jauh lebih tinggi—bahkan mencapai ¥6.000.000 per tahun (sekitar Rp414 juta). Jumlah jam kerja juga sangat tergantung musim. Saat musim panen, beban kerja lebih tinggi dan peluang lembur lebih besar, artinya kamu bisa bawa pulang uang lebih banyak.
Fasilitas Tambahan Buat Pekerja Pertanian
Fasilitas seperti tempat tinggal bisa menghemat banyak biaya, terutama jika kamu tinggal di daerah yang jauh dari pusat kota. Beberapa perusahaan juga menyediakan pelatihan tambahan dan jalur peningkatan karier. Semua ini bisa kamu manfaatkan buat memperluas peluang kerja setelah kontrak pertama selesai.
Banyak pekerja pertanian asing mendapatkan fasilitas tambahan, terutama kalau mereka bekerja dalam kontrak jangka panjang. Misalnya, kamu bisa dapat tempat tinggal gratis atau disubsidi, transportasi ke lokasi kerja, dan makan siang dari pemilik lahan. Ini bikin pengeluaran bulanan kamu jadi lebih ringan.
Kalau kamu tertarik belajar, kerja di sektor pertanian Jepang juga bisa jadi tempat yang tepat untuk mengenal teknologi pertanian modern. Di Jepang, banyak lahan dikelola dengan sistem canggih, rumah kaca otomatis, dan manajemen produksi yang rapi. Pengalaman ini bisa jadi modal besar kalau suatu saat kamu mau buka usaha pertanian di Indonesia.Kesimpulannya, meskipun gaji pertanian di Jepang tidak setinggi sektor teknologi atau perkantoran, sektor ini tetap menawarkan penghasilan stabil dan fasilitas penunjang hidup. Dengan gaya hidup hemat dan strategi kerja yang tepat, kamu tetap bisa menabung dan punya pengalaman kerja luar negeri yang berharga. Kalau kamu suka kerja lapangan dan ingin belajar pertanian modern, ini bisa jadi pilihan yang realistis dan menjanjikan.